Tujuh Langkah

Pagi disapa terang, kaki melangkah riang…

Bebatuan menghadang tanpa celah, kelinci melompat tanpa lelah…

Ilalang berayun bercerita, kupu-kupu berterbangan mengejar bunga…

Ketika langit meneteskan tangisnya, tanah menerima kisahnya…

Hingga malam menjelang, matahari tak pernah menghilang, terus diam mengatur alam…

Menuliskan setiap lembar waktu membuat kisah baru.

Advertisement

Kisah

Sekelumit kisah,

membekas,

menyisakan kisah lainnya,

menunggu dilanjutkan.

Kisah membuat resah,

mengelupas,

dijalankan dengan penuh tanya,

belajar tanpa panutan.

Pulang ke rumah,

harap bebas lepas,

asa mengurungkannya,

karunia menjelma kisah tauladan.

-teruntuknya-

Belajar dari Murid

Sekumpulan anak-anak memenuhi ruang hati,

kadang memberikan cerita,

kadang memberikan tangisnya,

seringkali memberikan keceriaannya.

Hati ini terasa penuh tanpa sesak…

Tanpa disadari bukan hanya mereka yang belajar dari kami, melainkan kami juga belajar banyak dari mereka.

Belajar berpikir sederhana, untuk memahami, untuk menerima juga untuk mencintai dengan segala ketulusan hati.

Sekumpulan anak-anak kembali meramaikan suasana,

dengan riuh rendahnya,

dengan tawa dan candanya,

terkadang tidak mudah dipahami,

tapi kami belajar untuk menerima,

belajar untuk dapat bahagia tanpa banyak bertanya.

Kami belajar untuk menjadi sederhana…

Tenang atau Kosong?

Keadaan berbeda disetiap masanya, dimasa itu pula banyak cerita. Baik, senang, bahagia, lancar, bersama juga yang tidak terlalu baik, sedih, kecewa, halangan dan kehilangan.

Pembelajaran terus berjalan. Kadang pelan pemahaman kadang segera dikerjakan.

Belajar membuat tenang, kosong dan tenang terasa tak berbeda. Semua seperti tanpa cerita, tanpa dinamika. Atau justru tenang ataupun kosong merupakan dinamika, dinamika ketika harus terdiam, harus menghela nafas, untuk siap dengan dinamika baru yang siap meluluh lantakkan ketenangan itu sendiri.

Jadi, tenang atau kosong?

My “Partner”‘s Wedding

Hari ini, akhirnya salah satu keinginan mereka terjadi, hari ini pernikahan yang sudah direncanakan cukup lama, penuh perjuangan keringat, hati dan kesabaran, terjadi dengan indahnya…Allah memberikan hal-hal baik kepada orang-orang baik.

Saya tidak menjadi seksi sibuk dalam pernikahan teman dekat seperti biasanya, saya tidak terlibat dalam kepanitiaan dan segala printilan yang biasa saya lakukan ketika teman dekat saya menikah. Saya sendiri meminta maaf tidak membantu banyak dalam persiapannya, dan tidak menawarkan diri pula dalam membantu persiapannya.

Ketika beberapa hari yang lalu ia mengatakan, “kamu memang terlihat tidak membantu persiapan pernikahan saya, tapi kamu selalu ada disamping saya sejak awal, menjadi tempat saya menumpahkan segalanya”. “Aah ternyata saya bisa berfungsi yang lain juga bagi teman saya dalam persiapan pernikahannya”, pikir saya.

Karena aktivitas yang hampir setiap hari kami lakukan bersama, ternyata perkenalan kami yang masih seumur jagung tidak menyurutkan kedekatan hati saya dengan dirinya. Saya pun ikut menghitung hari-hari menjelang pernikahannya, ikut deg-degan, ikut khawatir. Mulai dari acara adat dimalam sebelum pernikahan, akad nikah, hingga syukuran, perasaan saya ikut terlibat, ikut lega perlahan-lahan. Semua acara berlalu, rasa bahagia dan hati ini rasanya tentram sekali, I am happy, very happy for you Dila-Rayi!

‘Tumpah’

Beberapa bulan berlalu, tulisan-tulisannya hanya muncul di kepala, tidak pernah tertulis di atas keyboard komputer maupun di atas kertas. Awalnya terasa biasa saja, tidak terlalu berpengaruh, hingga beberapa kali mengalami ‘salis = sakau menulis’ dan masih terus tidak diperdulikan.

Hingga kepala rasanya sangat penuh. Setelah dibaca, mungkin hasil tulisan-tulisannya sederhana, membingungkan dan tidakbermakna lebih bagi yang lain, tetapi tidak bagi si empunya pikiran, menumpahkan hampir seluruh isi pikiran merupakan salah satu jalan untuk berkomunikasi, paling tidak dengan jiwa sendiri.

Tidak semua insan dapat menuliskan apapun yang dirasakannya, tidak juga menceritakannya kepada insan lain, mereka mungkin dapat menumpahkan isi pikiran mereka dengan cara yang berbeda-beda, dari membuat kreasi seni, menari, berolah raga, makan (nah yang ini mungkin sering terdengar), dan masih banyak lagi cara-cara lainnya.

Berkomunikasi adalah sebuah kebutuhan setiap insan, jika mengalami kesulitan menumpahkannya, banyak yang pada akhirnya memilih untuk berkomunikasi dengan diri sendiri, bicara dengan jiwa sendiri. Ketika sudah tidak mampu bicara dengan diri, keputusan terakhir adalah tidak memperdulikan apapun yang pikiran suarakan. Oh..jelas ini kadang bisa menjadi bentuk baik tetapi juga bisa menjadi bentuk penumpukkan yang menyebabkan depresi…

Hingga dalam suatu masa, sebuah kejadian menyentuh terjadi, seorang anak perempuan usia 6 tahun tidak mampu merangkai kata untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, hingga kepercayaan dirinya menjadi rendah dan seringkali membuat orang lain disekitarnya merasa kesal karena tidak mudah dipahami dan memahami anak tersebut. Setelah di perhatikan, ternyata ia tidak memiliki konsep berbahasa yang benar, ia mempelajari beberapa bahasa di usianya yang terlalu muda, hingga ia memiliki kebingungan bahasa. Alangkah frustrasinya anak tersebut.

Orang dewasa disekitarnya harus membantu si anak untuk berkomunikasi dengan satu bahasa, bahasa ibu yang didukung oleh lingkungan sekitarnya, hingga perlahan ia mampu memperbaiki caranya dalam berkomunikasi. Apapun cara yang ditempuh untuk menumpahkan isi pikiran, lakukanlah dengan lebih benar, benar bagi jiwa yang mengalaminya. Karena di dalam jiwa-jiwa yang kuat terdapat insan-insan yang sehat.

Selamat ‘menumpahkan’!!

Kompromi

Sepanjang bulan ini terasa pendek dan juga panjang…

*kelamaan jd draft,lupa mau nulis apa*

Ok…lanjut, beberapa bulan ini terasa pendek dan juga panjang, pendek karena hampir tidak terasa beberapa bulan ini dilewati, panjang karena ternyata banyak hal yang telah dilalui.

Beberapa bulan terakhir terasa berbeda, terasa berat sekaligus menguatkan, terasa berat sekaligus sederhana, terasa memenuhi sisi-sisi kosong tulang belulang sekaligus meniupkan udara segar didalamnya…ya…agak berlebihan yah?

Tidak ada yang bisa dibagi disini kecuali bagaimana dalam beberapa bulan terakhir menghadapi diri sendiri sangatlah luar biasa rasanya, kata-kata berkompromi yang seringkali secara pribadi disebut-sebutkan, di propagandakan harus ditelan oleh seluruh tubuh dan berefek besar terhadap peran ego yang selama ini sangat mengagungkan dirinya.

Pendek kata, menjadi diri sendiri dengan berbagai macam ikatan yang melekat seumur hidup menjadi perkara mudah ketika memang sudah waktunya.

Menjadi sehat raga karena sehat pikiran adalah pilihan 😉

Farewell

Ada tiga perpisahan yang mengesankan terjadi dalam hidup saya. Yang pertama ketika saya harus meninggalkan negara yang selama setahun lebih menjadi begitu mengikat hidup saya, kedua; ketika harus meninggalkan kantor yang selama lima tahun membesarkan saya, dan yang terakhir kisah perpisahan yang terjadi hari ini, ketika salah satu ‘malaikat’ kecil dikelas akan pindah, berkesan, karena ucapan-ucapan dan pelukan-pelukan yang mungkin akan cepat terlupakan bagi mereka, terlihat begitu murni,tulus dan indah….air matapun tak kuasa dibendung oleh beberapa wajah cilik dan orang dewasa sekalipun yang melihatnya….

Selamat melanjutkan cita-citamu Mikayla

L.I.M.A

Lumayan banyak aral melintang didepan, rencana-rencana, Alhamdulillah dimudahkan, itu yang dialami selama sebelas tahun kebersamaan kami…

Semakin hari, tidak semuanya semakin mudah, rencana-rencana kami semakin menjadi teka-teki, proses kebersamaan masih tetap menjadi adaptasi…

Di depan mata masih banyak yang akan dialami, direncanakan, dijalani, hasilnya…ditunggu saja…ada yang Maha Menentukan…

Terimakasih untuk kelima tahun yang berwarna ini…