Pandemik 2020

Pandemic. An outbreak of a disease that occurs over a wide geographic area (such as multiple countries or continents) and typically affects a significant proportion of the population a pandemic outbreak of a disease. Source: Webster Dictionary.

Sebuah situasi baru, menurut pengalaman terjadi pandemik 100 tahun lalu. Maret 2020, tepatnya 4 Maret lalu, Indonesia mengumumkan 2 kasus pertama Coronovirus2 – Covid-19, dan wilayah Jakarta dan sekitarnya, mulai 16 Maret 2020 warganya diminta untuk membatasi aktivitas di luar rumah. Bertahap dengan sangat cepat, tiba-tiba suasana mencekam. It was a sad beginning and it was to be continue…

Semua orang hampir di setiap pelosok dunia di paksa untuk membatasi aktivitas normalnya di luar rumah, rumah sakit, tenaga medis mendadak menjadi sorotan dunia, menjadi pusat yang berhadapan dekat dengan penyakit ini.

Menggunakan masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Tetap di rumah, menjadi salah satu bentuk untuk menyelamatkan umat manusia.

Alam mendapatkan jedanya, alam memperbaiki diri, setelah manusia terus menikmati tanpa batas, jor-joran menggunakannya tanpa memberikan alam bernafas.

Manusia dipaksa untuk mengenal dirinya, kembali bersama keluarga, bersyukur, bersabar, berusaha lebih, beradaptasi, dan mencari nilai baik di situasi yang tidak biasa.

Kita bisa melewati ini, terus yakin kepadaNya.

Advertisement

Second New Hope

HARAPAN adalah MIMPI dari orang yang terjaga – Aristoteles

Menjadi warga Indonesia yang terus hidup dari satu harapan ke harapan yang lain untuk memiliki pemimpin yang memang bisa memberikan harapan nyata tentu tingkat kesabarannya sudah di tingkat yang cukup tinggi. Karena harapan-harapan itu seringkali tidak ada hasil nyatanya.

Tahun ini, ada periode kedua kita memiliki Presiden ke-7, Mr. Joko Widodo, yang memberikan harapan nyata bagi banyak orang di periodenya yang pertama. PR beliau terlalu banyak, ditinggalkan begitu kompleks dengan tantangan yang percayalah, sangat tidak mudah.

Kemampuannya dalam memimpin ‘one of a kind’, setidaknya bagi kebanyakan orang disini. Ketika banyak orang ‘kecil’ yang hidupnya dari satu hari ke hari yang lain, memiliki harapan memang sebuah percikan air di siang hari. Tentu saja berharap kepada Maha Pemberi Harapan yang paling tepat. Memiliki seseorang yang kita tahu akan memberikan kebaikan hampir sama pentingnya bagi setiap individu sebagai mahluk sosial.

Year End Notes – 2018

Ourselves.

Tahun ini merupakan tahun dimana secara pribadi untuk pertama kalinya lebih memahami, bahwa diri kita adalah cukup. Secukup-cukupnya apa yang kita miliki, memiliki diri kita sendiri adalah sesuatu yang tidak perlu ditambah ataupun dikurangi.

Yang seringkali terlewati adalah memprioritaskan diri untuk menjadi yang paling utama, kita penting, untuk didahului keselamatannya, kebahagiaannya, kesehatannya, waktu, dan banyak hal lainnya.

Memprioritaskan diri kita tidak membuat kita menjadi egois, memprioritaskan diri menjadi bentuk rasa terima kasih atas hadirnya kita di dunia. Karena memang keberadaan kita penting, dan ada manfaatnya.

Kita yang bisa memilih peran manfaat seperti apa yang akan kita jalani, dan peran kita tidak merugikan orang lain.

Jadi, apakah kamu sudah memprioritaskan dirimu?

Have a Great Interest

This year, we were joining an environmental event related to climate change which we do not expect a temperature rise of up to 2 degrees Celcius until 2020.

Kalau hingga 2020 tercapai kenaikan suhu hingga 2 derajat Celcius, Bumi akan menyesuaikan diri dan beberapa mahluk hidup tidak bisa bertahan hidup, rantai makanan akan berubah. Terjadilah kehancuran untuk sebagian besar habitat maupun kepunahan beberapa jenis mahluk hidup.

Dibutuhkan cinta, dibutuhkan kesadaran, ketika kita mencintai sesuatu kita akan lebih menyesuaikan, berusaha mengendalikan nafsu memiliki.

Menyesuaikan dengan apa yang dirasa tanpa harus merugikan pihak manapun, apapun.

Belajar menikmati proses, mengikuti alunan, seperti ketika untuk pertama kalinya saya mencoba bermain dan tampil bermain gamelan. Dinikmati tanpa merugikan.

Menikmati alam, tanpa merusak, saling membutuhkan, malah kita yang lebih butuh alam, bukan sebaliknya. Seperti usaha kami dalam kampanye HiddenPark yang sepertinya tahun ini menjadi kegiatan terakhir. Berniat untuk mengkampanyekan kehidupan yang lebih baik buat masyarakat urban, harus dinikmati dengan segala hal yang dihadapi. Itulah proses dari mencintai, untuk merasa kenyamanan perlu melewati tantangan.

Cinta.

Rencana

Pernah gak, kamu pengguna media sosial, berpikir untuk menceritakan kegiatan dimanapun, kapanpun, bagaimanapun didalam blog dengan menuliskan tips-tips yang cukup informatif? Karena saya baru mau memulainya, itupun setelah diniatkan lebih dari satu tahun…iyaa..iya…sudah lama, tapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali *pembenaran*.

Ide tersebut tercetus ketika saya ketolong banget oleh teknologi internet dalam bekerja dan ketika sekalipun kesulitan mencari informasi. Dan biasanya yang seringkali menolong adalah tulisan-tulisan dari blog orang-orang kreatif yang dengan kemampuannya berbagi ilmu dan informasi.

Untuk itu, tulisan-tulisan dalam blog saya akan lebih informatif.

Kisah

Sekelumit kisah,

membekas,

menyisakan kisah lainnya,

menunggu dilanjutkan.

Kisah membuat resah,

mengelupas,

dijalankan dengan penuh tanya,

belajar tanpa panutan.

Pulang ke rumah,

harap bebas lepas,

asa mengurungkannya,

karunia menjelma kisah tauladan.

-teruntuknya-

‘Tumpah’

Beberapa bulan berlalu, tulisan-tulisannya hanya muncul di kepala, tidak pernah tertulis di atas keyboard komputer maupun di atas kertas. Awalnya terasa biasa saja, tidak terlalu berpengaruh, hingga beberapa kali mengalami ‘salis = sakau menulis’ dan masih terus tidak diperdulikan.

Hingga kepala rasanya sangat penuh. Setelah dibaca, mungkin hasil tulisan-tulisannya sederhana, membingungkan dan tidakbermakna lebih bagi yang lain, tetapi tidak bagi si empunya pikiran, menumpahkan hampir seluruh isi pikiran merupakan salah satu jalan untuk berkomunikasi, paling tidak dengan jiwa sendiri.

Tidak semua insan dapat menuliskan apapun yang dirasakannya, tidak juga menceritakannya kepada insan lain, mereka mungkin dapat menumpahkan isi pikiran mereka dengan cara yang berbeda-beda, dari membuat kreasi seni, menari, berolah raga, makan (nah yang ini mungkin sering terdengar), dan masih banyak lagi cara-cara lainnya.

Berkomunikasi adalah sebuah kebutuhan setiap insan, jika mengalami kesulitan menumpahkannya, banyak yang pada akhirnya memilih untuk berkomunikasi dengan diri sendiri, bicara dengan jiwa sendiri. Ketika sudah tidak mampu bicara dengan diri, keputusan terakhir adalah tidak memperdulikan apapun yang pikiran suarakan. Oh..jelas ini kadang bisa menjadi bentuk baik tetapi juga bisa menjadi bentuk penumpukkan yang menyebabkan depresi…

Hingga dalam suatu masa, sebuah kejadian menyentuh terjadi, seorang anak perempuan usia 6 tahun tidak mampu merangkai kata untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, hingga kepercayaan dirinya menjadi rendah dan seringkali membuat orang lain disekitarnya merasa kesal karena tidak mudah dipahami dan memahami anak tersebut. Setelah di perhatikan, ternyata ia tidak memiliki konsep berbahasa yang benar, ia mempelajari beberapa bahasa di usianya yang terlalu muda, hingga ia memiliki kebingungan bahasa. Alangkah frustrasinya anak tersebut.

Orang dewasa disekitarnya harus membantu si anak untuk berkomunikasi dengan satu bahasa, bahasa ibu yang didukung oleh lingkungan sekitarnya, hingga perlahan ia mampu memperbaiki caranya dalam berkomunikasi. Apapun cara yang ditempuh untuk menumpahkan isi pikiran, lakukanlah dengan lebih benar, benar bagi jiwa yang mengalaminya. Karena di dalam jiwa-jiwa yang kuat terdapat insan-insan yang sehat.

Selamat ‘menumpahkan’!!

Shoebox Project #5 with Love

30 Oktober 2010 yang lalu, shoebox project melaksanakan kegiatan yang ke 5, dan kegiatan ini untuk pertama kalinya saya ikuti, pertama kalinya sukarelawannya lebih banyak, pertama kalinya keluar kota, pertama kalinya kami bermalam 🙂

Bekerja bersama masyarakat dan anak-anak lingkungan sekitar yang menjadi korban gempa di Pengalengan Jawa Barat, kami mengecat meja kursi dan membuat dekorasi kelas sambil bersenang-senang.

Kegiatan ini tidak hanya menyisakan hasil yang mudah-mudahan bermanfaat bagi semuanya, tetapi juga menyisakan kenangan bertemu sahabat-sahabat baru yang menyenangkan.

Dari hal kecil yang kita perbuat memberikan tidak hanya rasa bahagia bagi yang menerima, tapi juga bagi yang memberikannya, itu sepenggal pesan yang dirasa dapat dari kegiatan shoebox project ke-5 ini.

Sampai ketemu dikegiatan shoebox project berikutnya 🙂